PSGA UIN FAS BENGKULU laksanakan Workshop Penyusunan Profil Gender

UIN FAS Bengkulu – Kegiatan workshop penyusunan profil gender ini yang dilaksanakan selama 2 hari, 26-27 Juli 2023. Target capaian kegiatan ini adalah tersusunnya profil gender UIN FAS Bengkulu. Menghadirkan dua orang pemateri, Eko Novi Aryanti, M.Si., Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Sosial dan Budaya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Kemudian Dr. Mufliha Wijayati, M.Si dari Aliansi Perguruan Tinggi Responsif Gender (PTRG). Ibu Novi hadir secara online melalui zoom meeting menyampaikan, kementerian PPPA mengapresiasi UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu khususnya Pusat Studi Gender dan Anak yang menginisiasi kegiatan penyusunan profil gender ini. Kementerian PPPA mendukung penuh untuk maju bersama dalam implementasi pengarusutamaan gender terutama diperguruan tinggi, khususnya UIN FAS Bengkulu.

Kesetaraan gender merupakan cita-cita nasional yang termaktub dalam RPJM 2020-2024. Pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional, mengamanatkan kepada seluruh pimpinan Kementerian/Lembaga dan daerah termasuk PerguruanTinggi sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya masing-masing untuk melaksanakan Strategi Pengarusutamaan Gender dalam pencapaian kesetaraan gender. Kemudian menjadi salah satu tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDG’s). tegas Bu Novi.

Lebih lanjut ia menyampaikan perguruan tinggi dapat mengimplementasikan tata kelola dan tridharma perguruan tinggi yang responsif gender dengan mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan civitas akademika perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, dan kegiatan tata kelola dan tri dharma peguruan tinggi.

Secara konseptual beliau menegaskan bahwa Perguruan tinggi Responsif Gender adalah perguruan tinggi yang memiliki kebijakan, program, kegiatan, dan penganggaran dengan memperhatikan perbedaan kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi civitas akademikalaki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan tata kelola dan tri dharma perguruan tinggi melalui strategi pengarusutamaan gender.

Profil gender sendiri dapat dikatakan sebagai kebutuhan mendasar bagi lembaga. Profil gender dapat digunakan sebagai basis atau bahan acuan serta pertimbangan dalam penyusunan perencanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan program/kegiatan sebagai komitmen pimpinan perguruan tinggi untuk mengakomodir semua kepentingan warga kampus. Kemudian menggunakan profil sebagai dasar penyusunan regulasi atau kebijakan seperti SK Rektor dalam penangangan kasus kekerasan seksual, pengadaan ruang laktasi maupun kebijakan lainnya.

Secara teknis penyusunan profil gender ini didampingi aliansi PTRG. Dr. Mufliha menegaskan bahwa profil gender adalah deskripsi kondisi riil kuantitas maupun kualitas terpilah perempuan dan laki-laki di berbagai lapisan struktur perguruan tinggi. Tujuan penyusunan adalah mendeskripsikan kondisi warga kampus (beserta lapis relasi kuasa) yang berfungsi sebagai dasar dalam menentukan kebijakan. Keputusan dan kebijakan yang diambil oleh pimpinan bermanfaat, adil, dan inklusi bagi semua warga kampus laki-laki, perempuan, dan orang berkebutuhan khusus. Kemudian menjadi bahan monitoring dan evaluasi dalam pengambilan kebijakan di perguruan tinggi.

Profil gender setidaknya mencakup tujuh hal berikut: Pertama profil sumber daya manusia meliputi pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan staff; kedua profil mahasiswa, ketiga Tri dharma (kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian yang berperspektif gender; keempat tata kelola yang melibatkan laki-laki perempuan dalam merumuskan kebijakan dan sistem lainnya; kelima partisipasi pimpinan, dosen dan staff dalam pelatihan gender; keenam Kebijakan dan layanan yang mendukung kesetaraan gender; ketujuh sarana dan prasarana yang responsif gender dan inklusif. Tujuh aspek ini menjadi data pembuka mata dalam melahirkan kebijakan responsif gender. tegas Mufliha

Terkait analisis gender pada profil gender, beliau memberikan penekanan bahwa pembedaan laki-laki dan perempuan menyebabkan terjadinya diskriminasi/ ketidakadilan gender. penyebab tersebut umumnya adalah stereotype, subordinasi, marginalisasi, double burden, violence. Stereotype adalah pemberian label atau cap kepada seseorang atau kelompok, umumnya dilakukan sebagai alasan untuk membenarkan suatu tindakan dari satu kelompok atas kelompok lainnya. Seringkali pelabelan negative ditimpakan kepada perempuan. Misalnya perempuan dianggap cengeng, emosional, tidak bisa mengambil keputusan penting. Laki-laki sebagai pencari nafkah utama dan lain sebaginya. Kemudian subordinasi merupakan penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain, dampak cara pandang ini adalah perempuan dianggap lebih rendah daripada laki-laki berdasarkan kecakapan sumber daya manusia. Marginalisasi adalah anggapan yang membatasi atau meminggirkan suatu jenis kelamin dalam melakukan suatu pekerjaan, karena dinilai tidak pantas atau tidak mampu. Diperguruan tinggi misalnya perempuan dianggap tidak pantas menjadi pimpinan, karena dinilai lemah dan cengeng, hal ini berdampak pada banyak ketidak adilan bagi laki-laki dan perempuan dalam meraih pekerjaan impian mereka. Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Misalkan perempuan yang bekerja umumnya juga diberi tanggung jawab untuk mengurus rumah tangga, sementara laki-laki tidak. Akibatnya akan muncul ketidakadilan dan ketidakseimbangan peran dalam rumah tangga. Selanjutnya kekerasan, yakni perbuatan yang menyebabkan cedera orang lain baik secara fisik maupun psikis. Tindak kekerasan ini bisa dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyarakat atau Negara. Contohnya adalah kekerasan seksual, dampaknya adalah rasa takut dan trauma.

Selanjutnya analisis gender dapat dilihat pada konsep APKM (Akses, partisipatif, kontrol dan manfaat). Sederhananya APMK menegaskan persoalan ketersediaan dan peruntukkan akses bagi siapapun kapan dan dimanapun. Kemudian keterlibatan aktif dan keseteraan yang proporsional yang disertai tanggungjawab. Terakhir control yang berkeadilan laki-laki dan perempuan. Dalam kaitannya dengan profil gender lima aspek ketidakadilan gender dan konsep APKM menjadi penting ketika melakukan analisis untuk menemukan penyebab terjadinya ketidakadilan dan aspek lainnya. Tegas Mufliha

Wakil Rektor I bidang akademik Prof. Dr. Khairudin, M.Ag sekaligus Koordinator Kelompok Kerja PUG UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu dalam sambutannya menyampaikan bahwa implementasi PUG merupakan cita-cita bersama UIN FAS Bengkulu. Hal ini secara tegas tercantum dalam Rencana Strategis dan menjadi Indikator Kinerja Utama UIN FAS Bengkulu. UIN FAS Bengkulu berkomitmen dalam peningkatan akses pendidikan yang berkualitas dengan memperhatikan pengarusutamaan gender. Melaksanakan penelitian yang bermuatan responsif gender dan inklusi sosial. Meningkatkan jumlah sarana prasarana yang responsif gender. Penyusunan profil gender yang digagas oleh PSGA ini merupakan salah satu bentuk komitmen dan dukungan pimpinan dalam mewujudkan UIN FAS Bengkulu sebagai Perguruan Tinggi Responsif Gender. Beliau berharap peserta dapat mengikuti kegiatan ini secara penuh dan aktif sehingga dapat melahirkan produk dan profil gender tersusun sesuai harapan.

Ketua LPPM Prof. Dr. Suhirman, M.Pd menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan rektorat atas dukungan penuh baik dari aspek pendanaan maupun dukungan moril sehingga kegiatan ini dapat terlaksana. Kedepan beliau berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, agar nantinya profil juga dapat secara spesifik dapat disusun dan dimiliki oleh fakultas, jurusan hingga program studi. Hingga pada akhirnya nanti UIN FAS Bengkulu sebagai Perguruan Tinggi Responsif Gender dapat terwujud.

Secara khusus Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, Ahmad Syarifin menyampaikan bahwa, kegiatan workshop ini sesungguhnya sudah dimulai sejak dua bulan yang lalu. Team PTRG bersama sahabat PSGA melakukan riset, wawancara, observasi dan fgd mengumpulkan data-data untuk penyusunan profil ini. Kepada peserta sekaligus sebagai sumber data, baik dari Kepala Bagian, TIPD, bagian akademik, Bagian BMN, Dosen dan teman-teman Ormawa beliau menyampaikan ucapan terima kasih. Kerja sama dan support serta respon positif untuk perjuangan kampus responsif gender.

Akhirnya kegiatan ini merekomendasikan hal-hal penting berikut: Perlu sosialisasi dan edukasi responsif gender bagi civitas akademika. Kemudian Perlu adanya capacity building PTRG bagi civitas akademik, khususnya pada penyusunan profil dan perencanaan. Selanjutnya perencanaan tahunan agar memperhatikan profil gender (kegiatan dan sarpras). Berikutnya kepada pimpinan diharapkan suport anggaran terhadap pengembangan PTRG. Kemudian Pengembangan sistem siakad dan siakad cloud yang menyediakan profil gender. Terakhir mendorong partisipasi perempuan dalam jajaran pimpinan ormawa.